Kamis, 07 April 2022

Berwisata Asyik di Taman Wisata Alam Suranadi

 

Apa yang terlintas di pikiran anda yang tinggal di pulau Lombok apabila disebut nama wilayah Suranadi. Satu wilayah bercuaca sejuk dengan buah rambutan,manggis atau wilayah yang terkenal dengan lesehan-lesehan. Juga dengan wilayah hutan yang bisa dikunjungi dengan adanya atraksi gajah (itu belasan tahun sebelumnya). Wilayah Suranadi yang masuk dalam kecamatan Narmada kabupaten Lombok Barat memang dikenal sebagai tempat berwisata berhawa sejuk dengan musim buahnya. Tempat kulinernya yang juga dapat disebut sebagai lesehan primadona bagi warga yang berasal dari Mataram (ibu kota prop. NTB) maupun wilayah lain di pulau Lombok. Keragaman tempat wisatanya juga dari adanya beberapa tempat kolam renang di wilayah ini. Juga manisnya aneka dodol buah seperti nangka dan sirsak menambah lagi ikon tempat ini. Satu pendukung yang menjadikan Suranadi menjadi objek wisata favorit menurut saya karena cuacanya yang sejuk. Dari manakah kesejukan cuaca di wilayah ini berasal. Keberadaan hutan dengan status taman wisata alam (TWA) adalah salah satu faktornya. Kenapa?

Kawasan hutan TWA Suranadi berperan penting menjaga keseimbangan lingkungan di sekitar desa ini. Luas kawasan hutan TWA Suranadi yaitu 52 ha.Keberadaan kawasan hutan TWA Suranadi yang relatif terjaga memberikan manfaat besar bagi lingkungan sekitarnya. Kawasan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Pertanian No.646/Kpts/10/1976 tanggal 15 Oktober 1976 ini merupakan kawasan hutan yang berada di kaki gunung Rinjani,termasuk dalam register tanah kehutanan (RTK) 2 di wilayah propinsi NTB. Kawasan hutan TWA Suranadi termasuk ke dalam tipe hutan dataran sedang dengan topografi relatif datar. Hutan yang tetap terjaga di antara pemukiman dan areal lahan milik masyarakat salah satu alasan yang membuat TWA Suranadi menjadi tujuan masyarakat yang ingin menikmati suasana segar,keluarga yang refreshing serta mahasiswa yang menjadikannya sebagai objek penelitian dan tempat melakukan kemah. Seiring waktu,kawasan hutan TWA Suranadi tetap menjadi rujukan bagi rekan rekan mahasiswa untuk berkemah maupun rombongan sekolah tingkat SD,SMP,SMA/SMK untuk berwisata selain warga dari wilayah sekitar. Dengan tarif masuk sebesar Rp.5000 atau Rp.7500 pada saat hari libur dapat menikmati kesegaran alam hutan TWA Suranadi. Keberadaan satwa terutama monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) menarik perhatian banyak pengunjung terutama dari anak-anak. Walaupun kicauan burung kadang kurang diperhatikan pengunjung. Satwa lainnya adalah kupu-kupu,capung serta ular.upss Ular.Ya asal jangan ular merasa terganggu aman aman saja kalau jalan jalan menyusuri hutan.

Nah yang menarik juga adalah pohon pohon berdiameter besar yang berada di seluruh kawasan TWA Suranadi terutama dari jenis beringin (Ficus sp.). Juga jenis lain yaitu terep (Artocarpus Integra), Ganitri (Oleocarpus sp.),piling,udu. Fasilitasnya lumayan terdapat jalan trail,shelter,papan pepunjuk,aula pertemuan,Musholla dan toilet. Jadi dengan berkunjung ke taman wisata alam Suranadi pengunjung bisa mendapatkan pengalaman.

Terus mencapai lokasi taman wisata alam Suranadi seperti bagaimana. Kawasan ini merupakan TWA yang sangat mudah dijangkau dari pusat kota Mataram ibukota propinsi Nusa Tenggara Barat. Hanya memerlukan waktu tempuh tidak lebih 30 menit. Pintu masuk TWA Suranadi juga di pinggir jalan berdekatan dengan kantor desa Suranadi kecamatan Narmada.










Sabtu, 07 Desember 2019

Bengkelnya Fatur

Sudah setahun tidak menulis.Kali ini tulisan sy.  masih tentang Sumbawa.Ya,karena bagaimanapun sy. agak lama tinggal dan bekerja di sana.Sy. agak tarik jauh sekali ke belakang yaitu awal cerita yg.sy. dapat tentang  Sumbawa.

Berawal dari datangnya siswa yg. pindah dari Sumbawa pada saat sy kelas 4 SD.Dia terhitung sepupu dua sy dari jalur Bapak sy.Namanya Faturrahman.Orang tuanya pindah mencari penghidupan ke Sumbawa pada saat dia masih kecil.Ketika pindah sekolah dia naik ke kelas 3 SD.Orang tuanya tetap tinggal di Sumbawa dan di desa dia tinggal di rumah bude nya yg. merupakan sepupunya bapak sy.Fat,demikian biasa sy.panggil mempunyai postur tubuh tidak tinggi dg. badan yg padat.Cara bicaranya seperti tidak mau kalah,kadang mungkin membuat orang lain kesal.Awal awal di sekolah dia seperti orang yg. banyak duit untuk tidak mengatakan kaya.Ukuran uang belanja untuk saat itu jumlah uang yg . dia bawa ke sekolah mungkin 3 kali lipat dari  sy. yg. tiap hari disanguin sama orang tua.Seperti itulah sekilas yg.saya ingat tentang Fat.                                                                                                                                  Karena kami masih terhitung keluarga dan bersekolah di tempat yg. sama,kami menjadi akrab.Karena dia sebelumnya tinggal di sumbawa maka pada saat ngobrol topiknya tidak jauh-jauh tentang sumbawa.Kesehariannya yg. tidak jauh dari kuda karena bapaknya menjadi kusir cidomo di pulau sumbawa.Tentang masih sangat jarang angkutan di sumbawa sehingga orang2 lebih sering bepergian untuk jarak pendek dg. menggunakan kuda.Tentunya penghasilan orang tuanya lumayan walau hanya bekerja sebagai kusir.Jadi bisa sy. tahu kenapa uang jajannya lebih banyak,karena disanguin banyak sama orang tuanya.Cerita tentang dia memandikan kuda di brang biji(brang-sungai).Kelak di kemudian hari sy. sering melintas di jembatan2 di kota sumbawa besar yg melintasi brang biji.Cerita tentang kuda saja menarik bagi sy.saat itu karena di kampung sy. mungkin hanya 1 orang saja yg bekerja sebagai kusir cidomo.Cerita lainnya tidak terlalu terekam dalam ingatan sy,maklum sudah hampir 30 tahun yg. lalu tetapi cukup memberi gambaran sy. saat itu tentang suatu daerah bernama
 besar.....berlanjut🙂

Jumat, 03 Agustus 2018

Katanya Negeri di Atas Awan

Tulisan ini diinspirasi ketika saya membaca sebuah artikel di sebuah koran di Nusa Tenggara Barat. Karena masih dalam suasana bulan Ramadhan,tulisan dalam artikel itu masih berkaitan dengan puasa. Tapi yang menarik bagi sayang dibahas tentang suasana puasa di sebuah tempat di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).

Mantar. Ya itu adalah nama sebuah desa yang berada di ketinggian sekitar 600 meter dari permukaan laut (dpl). Desa Mantar terletak di kecamatan Pototano kabupaten Sumbawa Barat. Awal perkenalan ( cie kayak istilah anak muda) dengan Mantar karena ajakan dari teman yang bertugas juga di KSB. Kebetulan mas Ryan,nama teman ini pernah bersamaan mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) di Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT). Saya sebelumnya tidak terlalu familiar dengan nama Mantar,tetapi ajakan dari mas Ryan untuk pergi ke Mantar susah ditolak. Bukan cinta ditolak ya ,hahaha. Samar samar terbayang wilayah di ketinggian pinggir laut. Menariknya adalah sebutan negeri di atas awan untuk Mantar. Menurut mas Ryan,apabila kita ke desa Mantar setelah hujan turun akan terdapat gumpalan awan di bawahnya perbukitan desa Mantar.

Perjalanan pertama kali ke Mantar sekitar awal Desember 2016. Lumayan lah itu 1 setengah tahun yang lalu. Sebelum saya shalat subuh di pagi itu,mas Ryan sudah berada di pos taman wisata danau Lebo tempat saya bertugas. Jadilah mas Ryan menunggu sejenak memberikan kesempatan waktu kepada saya untuk shalat dulu. Jam 5:45 wita pagi kami berangkat ke desa Mantar. Mas Ryan menggunakan mobilnya sementara saya memakai tunggangan setia saya,Honda CB150R. Tapi baru 10 menit kami berangkat,mas Ryan menepi dan memberhentikan mobilnya di pinggir jalan desa Meraran. "Gak ijin dulu sama yang punya rumah,mas" saya sapa mas Ryan begitu motor saya mendekati mobilnya. "Ah,gak apa apa ini juga parkirnya di tepi jalan" jawab mas Ryan. Setelah itu kami berangkat bersamaan menggunakan motor saya. O ya untuk menuju desa Mantar,mobil tanpa penggerak tidak akan mampu menuju Mantar karena kondisi jalannya yang sangat menanjak. Hanya mobil berpenggerak saja yang bisa melintasi tanjakan menuju Mantar.

Perjalanan ke desa Mantar dari pos danau Lebo Taliwang memerlukan waktu sekitar 40 menit.Dari jalan utama penghubung Taliwang -Sumbawa Besar kita mesti berbelok.Setelah 4 kilometer kita masih disuguhi jalanan aspal mulus barulah kami masuk jalan perkerasan diantaranya juga berupa batu lepas.Bagi yang menggunakan sepeda motor mesti ekstra waspada karena medan yang dilewati setelah jalanan beraspal mulai menanjak. Di kanan jalan merupakan tebing sehingga kita harus hati hati melewatinya.bila menggunakan kendaraan bermotor. Selepas tanjakan terakhir mata saya langsung disuguhi pemandangan dari ketinggian. Tapi jangan berhenti dulu karena titik untuk menikmati pemandangan dari atas bukit kami harus melewati permukiman penduduk. Wajar warga Mantar sangat mengenal mas Ryan karena adalah pegawai Kecamatan Tano dan sering berkunjung ke desa ini,jadi satu dua warga menyapa mas Ryan. Rumah-rumah panggung yang saya lewati seakan pertanda inilah sebenarnya bentuk asli rumah di Sumbawa dan Sumbawa Barat.

Begitu sampai di titik tertinggi bukit Mantar pemandangannya sangat menarik terutama bagi saya yang selama ini lebih sering menikmati suasana pantai di pulau Moyo. Ternyata di puncak bukit sudah ditata sedemikian rupa. Pemasangan paving blok di areal puncak bukit Mantar membuat setiap pengunjung bukit Mantar merasa nyaman. Aduhai indah nian pemandangan di bawah sana dari bukit Mantar. Dari kejauhan terlihat pelabuhan penyeberangan Poto Tano,pulau Kenawa.Terlihat juga pulau lain yang setelah saya tanyakan ke Mas Ryan namanya pulau Paserang dan pulau Ular. Hamparan tambak di kejauhan seakan memebentuk bidang bidang yang indah dilihat. Dan gunung Rinjani di seberang pulau Lombok sana ternyata sangat indah dilihat bila cuacanya bagus.Sungguh hamparan pemandangan yang menakjubkan.Jepretan kamera dari handphone saya cukup untuk merekam momen ini.Tidak lupa berswafoto dengan mas Ryan sebagai pelengkap momen perjalanan.

Ini dia momen momen yang terekam selama di bukit Mantar kecamatan Poto Tano kabupaten Sumbawa Barat.Buat kamu yang belum ke sini jangan kepingin ya hahaha.....


O ya karena saya dan Mas Ryan agak terlambat sampai di bukit Mantar maka gumpalan awan yang bisa  dilihat dari atas bukit Mantar bila sebelumnya hujan tidak kami lihat.Tapi biarlah tanpa awan pun kamu tetap menawan mantan eh Mantar.

Tulisan ini mulai diketik menjelang akhir Ramadhan tahun ini tapi tulisan komplitnya baru selesai satu bulan kemudian.


Senggigi,4 Agustus 2018

Rabu, 23 Mei 2018

Penasaran pantai SP2 Tatar

Siang itu di minggu pertama April 2017 saat saya sedang beristirahat di pos taman wisata danau Lebo Taliwang kabupaten Sumbawa Barat masuk pesan whatsapp di ponsel cerdas saya. Pesannya dilengkapi dengan capture  peta yang dikirim oleh sekretaris BKPRD (Badan koordinasi penataan ruang daerah) kabupaten Sumbawa Barat. Isi pesannya menanyakan kewenangan pengelolaan kawasan hutan yang ada di capture peta yang dikirim. Saya sampaikan saja kawasan hutan itu ada di bawah pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan  (KPH) Sejorong Brang Ene Mataiyang. Hal itu bisa saya jawab karena sekilas saya melihat gambar peta yang dikirim itu ada di sekitar wilayah SP2 kecamatan Sekongkang.

Jangan bingung ya.tulisan pertama saya di blog ini mengenai taman wisata Kerandangan yang ada di Senggigi Lombok Barat, tulisan kedua kok tentang wilayah di kabupaten Sumbawa Barat. Sebelum saya bertugas di taman wisata Kerandangan, saya bertugas  di wilayah kabupaten Sumbawa Barat sekitar 15 bulan,setelah sebelumnya juga di pulau Moyo kabupaten Sumbawa.Dari awal saya menjadi karyawan kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan saya langsung ditempatkan di wilayah Cagar Alam Pedauh,kecamatan Sekongkang yang dulunya masih menjadi wilayah kabupaten Sumbawa sebelum dimekarkan menjadi kabupaten Sumbawa Barat. Itu 15 tahun silam.Ya lumyan lah waktu sepanjang itu jika kamu menjalin hubungan.Hahaha...

Kembali ke urusan pesan WA yang di atas.Saya kok jadi penasaran dengan wilayah yang ada di capture.Langsung saya buka fle citra satelit yang ada di laptop saya. Benar,wilayah tersebut ada di wilayah desa SP2 kecamatan Sekongkang. Dari citra satelit nampak memang wilayah itu berupa teluk sempit terletak tidak jauh dari jalan utama lingkar selatan Sumbawa yang membentang dari Sekongkang Sumbawa Barat sampai Lunyuk yang merupakan wilayah kabupaten Sumbawa. Rasa penasaran itu kerap menghampiri saya kalau mendengar tempat tempat yang mempunyai panorama bagus. Tidak tahu kenapa tapi seperti itulah adanya sama seperti di awal April 2017 itu. Penasaran yang lebih sering berlanjut untuk mencapai tempat tersebut kemudian  berfoto foto ria. Ya bisa jadi itu lebih didorong oleh rasa supaya bisa mengekspresikan diri yang jaman sekarang ini lebih dikenal sebagai keinginan narsis hehe. Ok. langsung saya atur rencana supaya bisa ke tempat itu. Kalo urusan BKPRD ya untuk perijinan lokasi bagi yang mau memanfaatkan kawasan tersebut sedangkan urusan saya adalah menuntaskan penasaran.duhai haha

Dua hari berikutnya kalau tidak salah saya langsung berangkat. Karena wilayah yang saya tuju melewati wilayah cagar alam Pedauh,tempat saya bertugas dulu maka saya mengajak rekan sesama karyawan kementerian LH yang bertugas di wilayah cagar alam Pedauh yaitu Lalu Haris. Di lain tulisan saya akan menceritakan sosok beliau ini agak panjang sedikit. O ya waktu yang dibutuhkan untuk menuju wilayah cagar alam Pedauh Sekongkang dari kota Taliwang sekitar 1 jam 15 menit. Untuk yang pertama melewati jalan menuju cagar alam ini,perjalanan tidak akan membosankan.Selepas keluar dari Taliwang jalan akan melewati pinggir pantai,so terasa hembusan angin laut akan menemani perjalanan. Memasuki kecamatan Jereweh akan menjumpai pemukiman warga. Perbukitan dan jalan agak menanjak dan berkelok akan ditemui  di luar wilayah Jereweh memasuki kecamatan Maluk. O ya di wilayah ini terkenal sebagai daerah tambang di kabupaten Sumbawa Barat dengan keberadaan perusahaan tambang besar yang sekarang bernama Amman Mineral. Mendekati wilayah cagar alam kita akan melewati wilayah pantai pantai putih yang menarik di kecamatan Sekongkang yaitu pantai Rantung,Pantai Tropi.Barulah kita sampai di wilayah cagar alam Pedauh kecamatan Sekongkang.

Begitu sampai di pos kerja ternyata rekan rekan mitra sedang persiapan melaksanakan kegiatan patroli. Saya sampaikan tujuan saya ke si Zul, tenaga kontrak yang bertugas di pos kerja. Dia tidak keberatan menemani saya untuk mengeksplor pantai yang terdapat di SP2 yang capture petanya saya simpan di telepon cerdas. Si Zul ini merupakan warga desa Tongo,jadi sudah sangat mengenal wilayah wilayah yang ada di sekitar desanya termasuk pantai SP2. Setelah teman teman mitra sudah siap berangkat melaksanakan patroli ,saya dan si Zul mengikuti juga karena jalan yang dilewati sama hanya berbelok nanti di simpang yang memasuki desa Tongo. Tapi kami pun bersama sekitar 30 menit dengan teman teman mitra baru saya pergi ke desa SP2.

Sebenarnya wilayah Tongo, Sejorong,SP1 AiKangkung dan SP2 Tatar tidak asing di penyebutan kami sebagai petugas wilayah cagar alam karena wilayah tersebut berdekatan dengan kawasan kami. Tapi bagi saya mungkin ini yang kedua kalinya saya benar benar memasuki wilayah desa Tongo setelah sebulan sebelumnya mampir melaksanakan shalat Jum`at pada saat ada kegiatan monitoring burung endemik. Waktu saya bertugas di kawasan cagar alam belum ada keinginan untuk mengetahui wlayah-wilayah sekitar. Jalan yang menghubungkan desa Tongo sampai desa SP2 Tatar adalah jalan beraspal yang di sebagian tempatnya akan ditemui jalan berupa pengerasan jalan berupa batu lepas. Sebutan SP merupakan singkatan dari satuan pemukiman karena wilayah ini merupakan wilayah pemukiman transmigrasi lokal dari pulau Lombok sebagian juga dari pulau Bali.Ketersediaan fasilitas pelayan umum seperti sekolah,pelayanan kesehatan dari waktu areal tambang dikuasai oleh perusahaan Newmont Nusa Tenggara sangat diperhatikan.  Kalau akses jalannya mungkin belum terlalu lama diperhatikan.Saya juga tidak bertanya lebih detil ke si Zul yang membonceng di motor trail dinas KLX  yang kami pergunakan. Memasuki wilayah desa SP2 Tatar si Zul sudah sangat paham sekali akan wilayah dimana kami harus berbelok dari jalan utama. Informasi dari si Zul wilayah pantai yang akan saya datangi kadang merupakan tempat dimana ia memancing bersama teman temannya. Jalan setapak yang kami masuki selepas jalan aspal sepertinya merupakan akses bagi pemilik lahan untuk ke ladangnya.Sepanjang jalan terdapat ladang ladang yang ditanami jagung.Setelah hamparan  ladang barulah kami melewati jalan setapak yang rumputnya luamayan tinggi. Keberadaan rumput tersebut lumayan menghalangi pandangan saya yang mengemudikan motor. Rupanya jalan setapak tersebut jarang dilewati oleh orang. Semakin mendekati pantai semakin menggumpal penasaran saya seperti apa pantai itu yang permohonan perijinannya sudah di pihak BKPRD kabupaten Sumbawa Barat. Setelah memarkir motor barulah kami berjalan sekitar 10 meter menuju pantai.

Aduh.Yang saya tidak perhatikan terlalu detil di capture peta adalah skala. Ya awalnya saya kira hamparan pantai SP2 Tatar lumayan panjang.Benar saya kurang teliti melihat peta. Tapi terlepas dari itu hamparan pantai SP2 Tatar ini sangat indah.Terletak di satu muara sungai dan hanya merupakan satu teluk merupakan satu daya tarik yang mungkin membuat pengusaha melirik tempat ini. Panjang pantainya hanya sekitar 200 meter dan pastinya pasir putih. Di sisi kanan kiri teluk ini menancap batu batu karang yang kalau kita kurang hati hati bisa melukai kulit kaki ataupun tangan. Sepertinya hanya wilayah pantai ini saja yang ada  batu batu karangnya sebab pantai yang membentang dari pantai Rantung,pantai Tropi pantai cagar alam Pedauh,pantai Swiss di wilayah Tongo semuanya merupakan hamparan pasir putih tanpa batu karang. Menikmati panorama pantai dan deburan ombak yang menghempas karang merupakan suatu pesona tersendiri setelah melewati perjalanan hampir 2 jam dari Taliwang. Sore itu sekitar jam 3,ombaknya tidak terlalu besar walaupun di depan adalah laut lepas yang menghadap daratan Australia. Sekitar 1 jam saya dan si Zul menghabiskan waktu di pinggir pantai ditemani cemilan. Bagi saya perjalanan ini telah membuat penasaran saya hilang dan dengan menempuh rute ke pantai ini saya baru tahu yang namanya desa Tongo,SP1 AiKangkung dan SP2 Tatar setelah15 tahun..Lama ya.. Sudah dulu ya. 

Berikut ini foto pantai yang membuat penasaran itu.hahaha
                                           Si Zul yang menemani selama perjalanan

                                            Panorama pantai SP2 Tatar 

Sabtu, 19 Mei 2018

Mengenal taman wisata Kerandangan

Bismillahirrahmanirrahim....

Hari ini senin,14 Mei blog ini dibuat. Di sebuah ruang tamu sekaligus ruangan kerja berukuran cukup luas 4m x 5m yang dilengkapi dengan peralatan kantor pada umumnya tulisan ini dimulai. Pondok kerja demikian istilah yang umum disebut untuk sebuah kantor pengawasan taman wisata alam di lingkungan kementerian lingkungan hidup dan kehutanan.Sekarang ini saya mulai mencoba menuangkan apa yang selama ini hanya terbersit dalam hati...hahaha agak puitis ya. Banyak hal yang dilalui dan banyak cerita yang terjadi selama hidup saya ini..hidup kamu juga... Dan ini yang akan saya angkat untuk tulisan di blog ini.

Saya adalah karyawan yang bekerja di lingkup kementerian lingkungan hidup dan kehutanan.Sudah memasuki 16 tahun masa kerja.Ya yang namanya aparatur sipil pasti akan sangat hafal masa kerjanya karena tinggal mengingat nomor induk pegawainya.Kalau kamu,saya tebak hafalnya tanggal jadian sama kekasih ya...sekarang ini saya berkantor di pondok kerja taman wisata alam Kerandangan,satu diantara belasan kawasan konservasi yang dikelola oleh kantor saya.Sudah memasuki 4 bulan saya berkantor di sini.Sebentar dulu,saya dah sekian kalimat menjelaskan nama kantor saya apa yang tersirat dalam pikiranmu kalo disebut Kerandangan.Tidak salah kalau kamu yang tinggal di pulau Lombok mengidentikkan Kerandangan dengan hamparan pantai,jajaran pohon kelapa di wilayah utaranya Senggigi..Pondok kerja atau kantor saya ini berdiri di permulaan hutan yang ada di lembah kerandangan.Hanya berjarak 3 kilometer dari ikon pariwisata Lombok yaitu Senggigi,dan 1,5 kilometer dari jalan utama yang membentang dari Ampenan Mataram menuju Pemenang kabupaten Lombok Utara. Kamu terutama yang berasal dari luar wilayah NTB tidak akan tersesat bila mau jalan jalan di kawasan hutan wisata Kerandangan ini. Keluar dari jalan utama kamu akan memasuki jalan desa beraspal yang disebut juga dengan jalan wisata alam. Sesekali buka juga aplikasi map di telpon cerdasmu apabila kamu merasa jalan yang kamu lalui bukan jalannya hehehe.


Apa istimewanya taman wisata ini.. Ya mungkin ini satu lokasi hutan wisata yang terletak di antara 2 bukit yaitu bukit Mangsit di sebelah utara dan bukit Senggigi di sisi utara, Bukan diantara 2 hati ya hahaha. Memasuki gapura kawasan terdapat areal parkir yang lumayan luas. So kamu yang bawa kendaraan tidak akan kerepotan mau parkir dimana. Untuk tiket masuknya langsung saja menuju kantor pengelola.Jalan setapak dilapisi beton siap dilalui apabila kamu mau berjalan jalan menikmati suasana hutan. Panjangnya kurang lebih 1 km menuju air terjun Walet, Eit biar tidak salah informasi air terjunnya tidak terlalu tinggi.Ya kurang lebih 2,5 meter tingginya dan aliran airnya bergantung dari air hujan. Untuk air terjun kedua tingginya sekitar 4 meter dan dinamakan dengan putri kembar.Jaraknya sekitar 600 meter dari air terjun pertama. Biar airnya tidak terlalu besar dan tergantung dari hujan view yang didapatkan dari air terjun ini lumayan bagus,bahkan ada pengunjung yang menyampaikan air terjunnya lebih bagus dilihat pas airnya sedikit. Jadi waktu yang dibutuhkan untuk menikmati kedua air terjun ini sekitar 2,5 jam. Sepanjang jalan trail terdapat shelter bagi pengunjung untuk sekedar melepaskan lelah dan bersantai ria.

Ya inilah sekilas gambaran taman wisata Kerandangan,tempat saya menjalankan tugas rutin sehari - hari. Sebagai pembuka blog tulisan ini juga mengajak kamu untuk menikmati hutan wisata yang lokasinya tidak jauh dari pantai Senggigi yang terkenal itu. Biar kamu lengkap dapatnya, main di pantai dan menjelajah hutan.sekian dulu ya.
Berikut sebagian foto yang memuat fasilitas dan atraksi wisata yang ada di taman wisata Kerandangan.




                                      Sebagian fasilitas yang ada di taman wisata Kerandangan yaitu plaza dan                                              shelter



                                              Rays of light (ROL) yang dapat dinikmati pada waktu pagi hari di jalan                                           trail wisata


                                         Air terjun Walet berjarak sekitar 1 km dari pintu masuk